BAHAN KONTRAS RADIOGRAFI
Bahan
Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan
visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah
pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan
dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (Bahan kontras
positif) yang akan dibahas lebih luas disini atau menurunkan daya
attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau
gas). Selain itu bahan kontras juga digunakan dalam pemeriksaan MRI
(Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak didasarkan pada
sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang
menyerap bahan kontras tersebut. Bahan kontras MRI dengan sifat demikian
adalah Gadolinium.
A. Sejarah
Penggunaan
media kontras pada pemerikasaan radiologi bermula dari percobaan
Tuffier pada tahun 1897, dimana dalam percobaannya ia memasukkan kawat
kedalam ureter melalui keteter., sehingga terjadi bayangan ureter dalam
radiograf. Percobaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan kontras cair
untuk menggambarkan anatomi dari traktus urinarius. Kontras tersebut
diantaranya : koloid perak,bismut,natrium iodida,perak iodida, stronsium
klorida, dan sebagainya. Berangsur-angsur metode tersebut mulai
ditinggalkan karena menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Infeksi,
trauma jaringan, terjadinya emboli, dan deposit perak dalam ginjal
merupakan akibat sampingan yang tidak bisa dihindari.
Berpijak dari
pengalaman-pengalaman terdahulu kemudian para ahli radiologi sepakat
untuk megadakan pembaharuan dalam pemakaian media kontras pada
pemeriksaan radiologi. Dan pada tahun 1928 seorang ahli urologi,
Dr.Moses Swick bekerjasama dengan Prof.Lichtwitz,Binz, Rath, dan
Lichtenberg memperkenalkan penemuannya tentang media kontras iodium
water-soluble yang digunakan dalam pemeriksaan urografi secara
intravena. Media kotras yang berhasil disintesa, diantranya dalah
:sodium iodopyridone-N-acetic acid yang disebut Urosectan-B (Iopax), dan
sodium oidomethamate yang disebut Uroselectan-B (Neoiopax). Dari segi
radiograf kedua macam media kotras tersebut memberikan hasil yang
memuaskan, namun dari pasiennya masih menimbulkan efek yang merugikan,
yaitu : mual dan muntah. Selanjutnya Dr.Swick dan kawan-kawan
melanjutkan usahanya dengan mengembangkan Iodopyracet yang sementara
waktu bisa menggantikan kedudukan Neoiopax dalam pemerikasaan Urografi
intra vena.
Usaha mengembangkan media kontras pun terus berlanjut.
Mulai pertengahan tahun 1950 semua jenis media kontras untuk pemakaian
secara intravaskuler untuk pemakaian secara intravaskular mulai
mengalami pergantian. Mulai periode ini media kontras intravaskular
menggunakan molekul asam benzoat sebagai bahan dasarnya dengan mengikat
tiga atom iodium. Dari hasil uji coba membuktikan bahwa media kontras
jenis ini memiliki kelebihan dibanding dengan jenis media kontras
sebelumnya. Jenis media kontras tersebut diantarannya ; acetrizoate
dibuat tahun 1950, diatrizoate tahun 1954, metrizoate tahun 1961,
iothalamate tahun 1962, iodamide tahun 1965 dan ioxithalamate tahun
1968. Akhirnya media kontras yang dapat pula digunakan secara
intravaskular secara kontinyu terus mengalami penyempurnaan.
Dari
hasil penelitian membuktikan bahwa ionisitas dan osmolalitas merupakan
kunci utama terjadinya keracunan pada pasien. Kemudian mulai tahun 1969
dr.Torsten Almen mengembangkan jenis media kontras non-ionik dengan
osmolalitas yang cukup rendah. Mula-mula ia mengadakan penelitian
terhadap keluarga Metrizamide yang sebelumnya dipakai pada pemeriksaan
mielografi. Dengan diciptakannya media kontras water soluble untuk
pemeriksaaan mielografi, penggunaan secara intravaskular mulai
dipelajari. Hasil akhir penelitian memberikan jalan yang terbaik untuk
segala macam pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras iodium
non-ionik water-soluble secara intravaskular
Ada dua jenis bahan
baku dasar dari bahan kontras positif yang digunakan dalam pemeriksaan
dengan sinar-X yaitu barium dan iodium. Sebuah tipe bahan kontras lain
yang sudah lama adalah Thorotrast dengan senyawa dasar thorium dioksida,
tapi penggunaannya telah dihentikan karena terbukti bersifat
karsinogen.
B. Barium sulfat
Bahan kontras barium sulfat,
berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Bubuk ini dicampur dengan air
dan beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan
kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan;
biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan,
bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feces.
C. Bahan kontras Iodium
Bahan
kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik (non-ionik) atau
sebuah senyawa ionic. Bahan-bahan ionic dibuat pertama kali dan masih
banyak digunakan dengan tergantung pada pemeriksaan yang dimaksudkan.
Bahan-bahan ionic memiliki profil efek samping yang lebih buruk.
Senyawa-senyawa organik memiliki efek samping yang lebih sedikit karena
tidak berdisosiasi dengan molekul-molekul komponen. Banyak dari efek
samping yang diakibatkan oleh larutan hyperosmolar yang diinjeksikan,
yaitu zat-zat ini membawa lebih banyak atom iodine per molekul. Semakin
banyak iodine, maka daya attenuasi sinar-X bertambah. Ada banyak molekul
yang berbeda. Media kontras yang berbasis iodium dapat larut dalam air
dan tidak berbahaya bagi tubuh. Bahan-bahan kontras ini banyak dijual
sebagai larutan cair jernih yang tidak berwarna. Konsentrasinya biasanya
dinyatakan dalam mg I/ml. Bahan kontras teriodinasi modern bisa
digunakan hampir di semua bagian tubuh. Kebanyakan diantaranya digunakan
secara intravenous, tapi untuk berbagai tujuan juga bisa digunakan
secara intraarterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally
– hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial.
1. Bentuk dan Susunan Kimia
. Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, bentuk dan susunan kimia media kontras iodium dapat dibedakan menjadi :
a. Sebelum tahun 1950
Pada
periode ini semua media kontras iodium bersifat ionik, dimana dalam
susunan kimianya terdapat ikatan ion. Ion-ion penyusun media kontras
tersebut terdiri dari ; kation dan anion. Adapun contoh bentuk-bentuk
media kontras intravaskular yang disintesa sebelum tahun 1950 adalah
sebagai berikut :
b. Pertengahan Tahun 1950
Mulai
pertengahan tahun 1950 ditetapkan penggunaan bahan dasar molekul
benzoat yang setiap molekulnya mengikat tiga atom iodium. Pada tahap ini
perkembangan dibagi menjadi :
1). Bahan Kontras Ionik
Ion-ion
penyusun media kontras terdiri dari kation (ion bermuatan positif) dan
anion (ion bermuatan negatif). Kation terikat pada asam radikal (-COO-)
rantai C1 cincin benzena. Kation juga memberikan karakteristik media
kontras, dimana setiap jenis memberikan karakteristik yang berbeda satu
sama lain. Ada beberapa macam kation yang digunakan dalam media kontras,
di antaranya :
a). Sodium (Natrium)
Sifat sodium dalam media
kontras adalah menurunkan kekentalan (viskositas), dan lebih sedikit
menimbulkan reaksi anafilaksis karena dapat mengurangi mnuculnya zat
histamin yang mengakibatkan reaksi alergis. Di lain pihak sodium
bersifat lebih korosif terhadap sel endotelium dan parenkim organ
tertentu, sehingga lebih toksik dari pada zat lain.
b). Meglumine ( NMG ; N-Methylglucamine)
Meglumine
memiliki sifat toksik yang lebih kecil dibanding sodium, akan tetapi
meglumine memberikan efek diuretik (mengurangi konsentrasi iodium dalam
urin). Pada jenis asam dan konsentrasi yang sama meglumine lebih kecil
menimbulkan kenaikan tekanan darah, bradikardia, dan konvulsi dibanding
sodium.
c). Ethanolamine
Zat ini memiliki sifat yang tidak
dimiliki oleh sodium maupub meglumine, yaitu tidak mempunyai sifat racun
dan memiliki viskositas yang rendah, tetapi zat ini menimbulkan
vasodilatasi yang cukup kuat.
Selain bahan tersebut diatas kadang-kadang pula digunakan kation dari calsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Untuk
memperoleh sifat media kontras yang dikehendaki pada pemeriksann
radiologi tertentu biasanya dilakukan penggabungan antara beberapa jenis
kation dalam satu jenis media kontras.
(1). Bahan Kontras Ionik Monomer
Bahan Kontras ionik manomer merupakan bentuk bahan kontras ionik yang memiliki satu buah cincin asam benzoat dalam satu molekul
(1). Bahan Kontras Ionik dimer
Merupakan
media kontras ionik yang memiliki dua buah cincin asam benzoat dalam
satu molekul. Salah satu contoh bentuk dan susunan kimia jenis bahan
kontras ini adalah Ioxaglate (Hexabrix) yang merupakan media kontras
ionik dimer pertama dibuat ;
2). Bahan Kontras Non-ionik.
Du
dalam susunan kimia media kontras non-ionik sudah tidak dijumpai lagi
adanya ikatan ion antar atom penyusun molekul. Kalau dalam media kontras
ionik terdapat dua partikel penyususn molekul (kation dan anion) maka
dalam bahan kontras non-ionik hanya ada satu partikel penyusun molekul
sehingga memiliki karakteristik tersendiri.
b). Bahan kontras Non-ionik Manomer
Bahan
kontras ini berasal dari media kontras ionik monomer yang dibentuk
dengan mengganti gugus karboksil oleh gugus radikal non-ionik yaitu
amida (-CONH2).
2). Bahan Kontras Non-ionik Dimer
Pembentukan
struktur kimia bahan kontras ini melalui proses penggantian pada gugus
karboksil media kontras ionik dimer juga oleh gugus radikal non-ionik,
yang pada kahir sisntesa menghasilkan perbandingan iodium terhadap
partikel media kontras 6 : 1.
Bahan kontras iodium yang umum digunakan
Osmolalitas
Konsentrasi
molekul yang secara aktif memberikan tekanan osmotik larutan, sehingga
memberikan kemampuan suatu pelarut (air) melewati suatu membran. Dapat
dinyatakan dengan milliosmol per liter (osmolaritas) atau milliosmol per
kilogram Air (H2O) pada suhu 37oC (Osmolalitas).
Osmolalitas tidak
dipengaruhi oleh ukuran partikel namun nilainya tergantung dari ; Jumlah
partikel dan konsentrasi iodium. Bahan kontras ionik memiliki jumlah
partikel lebih besar daripada bahan kontras non-ionik karena dalam media
kontras ionik terdapat dua partikel (kation dan anion) sehingga
osmolalitas dua kali lebih besar.
Efek Samping
Bahan
Kontras iodium yang modern merupakan obat-obat yang aman; reaksi-reaksi
berbahaya bisa terjadi tapi tidak umum. Efek samping utama dari
radiokontras adalah reaksi anafilaktif dan nefropati .
Reaksi-Reaksi Anafilaktif
Reaksi-reaksi
anafilaktif jarang terjadi (Karnegis dan Heinz, 1979 dkk., 1987;
Greenberger dan Patterson, 1998), tapi bisa terjadi sebagai respon
terhadap bahankontras yang disuntikkan atau yang diberikan lewat mulut
dan rectal dan bahkan memperburuk pyelografi. Gejalanya mirip dengan
reaksi-reaksi anafilaksis, tapi tidak diakibatkan oleh respon kekebalan
yang diperantarai IgE. Pasien-pasien yang memiliki riwayat reaksi-reaksi
kontras, berisiko tinggi untuk mengalami reaksi-reaksi anafilaktif
(Greenberger dan Patterson, 1988; Lang dkk., 1993). Pengobatan dini
dengan kortikosteroid telah terbukti dapat mengurangi kejadian
reaksi-reaksi yang berbahaya (Lasser dkk., 1988; Greenberger dkk., 1985;
Wittbrodt dan Spinler, 1994).
Reaksi-reaksi anafilaktif bisa mulai
dari urticaria dan gatal-gatal, sampai bronchospasma dan edema facial
dan laryngeal. Untuk kasus-kasus urtikaria yang sederhana dan
gatal-gatal, Benadryl (diphenhydramine) lewat mulut atau IV
(intravenous) bisa diberikan. Untuk reaksi-reaksi yang lebih parah,
antara lain bronchospasma dan edema leher atau wajah dapat diberikan
inhaler albuterol, atau epinefrin IV atau subcutaneous, ditambah
diphenhydramine mungkin diperlukan. Jika respirasi terganggu, saluran
udara harus dibebaskan .
Nefropati yang Ditimbulkan oleh Medium Kontras
Nefropati
oleh media kontras dapat ditimbulkan baik oleh peningkatan kreatinin
darah lebih besar dari 25% atau peningkatan mutlak kreatinin darah yang
mencapai 0,5 mg/dL. Ada tiga faktor yang terkait dengan meningkatnya
risiko nefropati yang dipengaruhi oleh medium kontras, yaitu: gangguan
ginjal sebelumnya (seperti penurunan kadar kreatinin < 60 mL/menit
(1.00 mL/detik), diabetes yang telah ada sebelumnya, dan volume
intravascular yang berkurang (McCullough, 1997); Scanlon dkk., 1999).
Osmolalitas bahan kontras diyakini sangat berperan dalam nefropati.
Idealnya, bahan kontras harus isoosmolar terhadap darah. Bahan kontras
beriodium yang modern biasanya nonionic, tipe-tipe ionic yang terdahulu
biasa menyebabkan efek yang lebih berbahaya dan tidak digunakan lagi.
Untuk meminimalisir risiko terjadinya nefropati akibat medium kontras,
maka berbagai tindakan bisa dilakukan yang kesemuanya telah dianalisis
dalam sebuah meta-analisis yaitu : 1. Dosis media kontras harus
diupayakan serendah mungkin, meski masih mampu ditmabhkan untuk
melakukan pemeriksaan . 2. Bahan kontras bersifat non ionic 3. Media
kontras yang nonionic dan iso-osmolar. Salah satu percobaan terkontrol
acak menemukan bahwa sebuah bahan kontras nonionic iso-osmolar lebih
baik dibanding media kontras non-ionik low-osmolar. 4. Hydrasi cairan
intravenous dengan larutan garam. Masih ada pertentangan tentang cara
yang paling efektif untuk hidrasi cairan intravenous. Salah satu metode
adalah 1 mg/kg per jam selama 6-12 jam sebelum dan setelah pemberian
kontras. 5. Hidrasi fluida intravenous dengan larutan garam ditambah
sodium bikarbonat. Sebagai sebuah alternatif bagi hydrasi intravenous
dengan larutan garam biasa, pemberian sodium bikarbonat 3 mL/kg per jam
selama 1 jam sebelumnya, diikuti dengan 1 mL/kg per jam selama 6 jam
setelah pemberian bahan kontras diketahui lebih baik ketimbang larutan
garam biasa pada salah satu percobaan terkontrol acak. Ini selanjutnya
didukung dengan sebuah percobaan terkontrol acak multi-senter, yang juga
menunjukkan bahwa hydrasi intravenous dengan sodium bikarbonat lebih
baik terhadap 0,9% larutan garam normal. Efek renoprotektif dari
bikarbonat dianggap diakibatkan oleh alkalinisasi urin, yang menciptakan
sebuah lingkungan yang lebih rentan terhadap pembentukan radikal bebas
yang berbahaya. 6. N-asetilcystein (NAC). NAC, 600 mg secara oral dua
kali sehari, pada hari sebelum selama prosedur jika pelepasan kreatinin
diperkirakan lebih kecil dari 60 mL/menit (1,00 mL/detik). Sebuah
percobaan terkontrol acak menemukan dosis NAC yang lebih tinggi (1200 mg
IV bolus dan 1200 mg secara oral dua kali sehari selama 2 hari) dapat
membantu (pengurangan risiko relatif sebesar 74%) pasien yang menerima
angioplasty koroner dengan volume kontras yang lebih tinggi. Beberapa
penelitian terbaru menunjukkan bahwa N-asetilcystein melindungi ginjal
dari efek toksik bahan kontras (Gleeson & Bulugahapitiya 2004). Efek
ini, tidak merata, beberapa peneliti (seperti Hoffman dkk., 2004) telah
mengklaim bahwa efek ini diakibatkan oleh gangguan dengan uji
laboratorium kreatinin itu sendiri. Ini didukung oleh kurangnya korelasi
antara kadar-kadar kreatinin dan kadar cystatin C. Agen-agen
farmakologis lain, seperti furosemida, mannitol, theophylline,
aminophylline, dopamine, dan atrial natriuretic peptide telah dicoba,
tapi belum ada efek menguntungkan atau justru memiliki efek yang
membahayakan (Solomon dkk., 1994; Abizaid dkk., 1999). Reaksi Kemotoksik
Pasien yang memiliki kelainan pada kelenjar gondok sering mengalami
reaksi kemotoksik setelah menjalani pemeriksaan dengan bahan kontras.
Sebenarnya atom iodium yang terikat kuat dalam senyawa bahan kontras
tidak memberikan pengaruh yang besar. Ia hanya sensitif terhadap ion
iodida bebas yang sedikit banyak terdapat dalam bahan kontras. Kenaikan
intake iodida inilah yang menyebabkan tirotoksikosis. Kontribusi
makanan-laut dan alergi-alergi lain Disini harus ditekankan bahwa dugaan
tentang “alergi” makanan laut, yang seringkali lebih didasarkan pada
mitos dibanding fakta, bukanlah sebuah kontraindikasi yang cukup
terhadap penggunaan bahan kontras beriodum. Sebuah hubungan antara kadar
iodium dalam makanan laut dan alergi akibat makanan laut merupakan
bagian dari bidang medis. Meski kadar iodine dalam makanan laut lebih
tinggi dibanding pada makanan non-laut, namun konsumsi yang terakhir ini
melebihi yang pertama dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
kandungan iodine makanan laut terkait dengan reaksi-reaksi terhadap
makanan-laut (Coakley dan Panicek, 1997). Data yang ada menunjukkan
alergi akibat makanan laut dapat meningkatkan risiko sebuah reaksi yang
diperantarai bahan kontras dengan jumlah yang kira-kira sama seperti
alergi terhadap buah atau sama dengan yang menyebabkan asma (Shehadi,
1975). Dengan kata lain, lebih dari 85% pasien yang mengalami alergi
makanan-laut tidak akan memiliki reaksi yang berbahaya terhadap kontras
beriodium (Coakley dan Panicek, 1997). Terakhir, tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa reaksi-reaksi kulit yang berbahaya terhadap
antiseptic-antiseptik topikal yang mengandung iodium (seperti betadin,
povidin) yang banyak hubungannya dengan pemberian bahan kontras IV
(Coakley dan Panicek, 1997; can Ketel dan van den Berg, 1990).
Gadolinium
Gadolinium
adalah unsur kimia yang dalam tabel sistem periodik memiliki simbol Gd
dengan nomor atom 64. Gadolinium menjadi superconductive dibawah suatu
temperatur kritis1.083 K. Dan merupakan strongly magnetic pada suhu
ruang, dan menunjukkan sifat ferromagnetic dibawah suhu ruang.
Gadolinium
memperlihatkan efek magnetocaloric yaitu peningkatan temperature ketika
berada dalam medan magnet dan menurun ketika meninggalkan medan magnet.
Diakrenakan sifat paramagnetiknya larutan organic gadolinium kompleks
dan senyawa gadolinium digunakan secara intravenous sebagai bahan
kontras untuk keperluan pencitraan medis magnetic resonance imaging
(MRI) . Kontras gambar yang dihasilkan Gadolinium pada MRI dipengaruhi
oleh perubahan variasi T1 dan T2 jaringan. Nilai T1 dan T2 diubah oleh
perubahan jumlah fluktuasi medan magnet dekat sebuah inti. Medan
paramagnetik oleh gadolinium menghasilkan banyak osilasi medan . Pada
umumnya kontras gambar pada MRI diperoleh oleh satu jaringan yang
memiliki afinitas yang lebih tinggi (gaya tarik menarik) atau
vaskularisasi yang lebih banyak dibandingkan jaringan lain. Sebagai
contoh tumor memiliki Gd uptake yang lebih besar dibandingkan jaringan
disekitarnya menyebabkan T1 tumor lebih singkat sehinga signal yang
dihasilkan lebih kuat.
Disamping MRI, gadolinium (Gd) juga digunakan
dalam teknik pencitraan lain. Pada pemeriksaan dengan sinar-X,
gadolinium terdapat dalam lapisan phosphor terdapat dalam suatu polymer
matrix pada detector. Terbium-doped gadolinium oxysulfide (Gd2O2S: Tb)
pada lapisan phosphor mengubah sinar-X menjadi cahaya nampak. Gd dapat
memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 540nm (spektrum cahaya hijau
= 520 – 570nm), yang bermanfaaat pada penggunaan dalam photographic
film.
Gadolinium oxyorthosilicate (GSOadalah sebuah kristal tunggal
yang digunakan sebagai scintillator pada peralatan pencitraan medis
seperti Positron Emission Tomography (PET). scintillator lain yang
terbaru untuk mendeteksi neutron adalah cerium-doped gadolinium
orthosilicate (GSO - Gd2SiO5:Ce).
Di masa yang akan datang,
gadolinium ethyl sulfate, yang memiliki karakteristik noise yang sangat
rendah, dapat digunakan dalam masers. Selanjutnya gadolinium's high
magnetic movement dan low Curie temperature (yang hanya pada suhu ruang)
merupakan aplikasi komponen magnetic untuk menindera panas dan
dingin.Menyebabkan extremely high neutron cross-section of gadolinium,
elemen ini sanagt efektif digunakan pada neutron radiography.
Kamis, 06 Februari 2014
anatomi dental
A. Pengertian Anatomi
istilah anatomi berasal dari dua kata yunani yang artinya menyayat. inilah caranya para ahli anatomi terdahulu kala mempelajari struktur ( susunan Organ ) dari benda - benda Yang hidup yaitu dengan menyayat binatang atau jenazah manusia, mengadakan observasi pada strukturnya lalu menduga duga Fungsi struktur - struktur itu. Wawasan anatomi modern memang sudah luas sekali walaupun demikian anatomi tubuh manusia adalah ilmu mempelajari struktur organ - organ tubuh manusia dengan berbagai cara, dan cara - cara yang bervariasi ini telah membawa kemajuan menuju spesialis mengenai sebagian anatomi tubuh manusia.
Anatomi umum adalah ilmu yang mempelajari mengenai bentuk ( tubuh ) manusia dan struktur - struktur organnya seperti yang terlihat dengan mata biasa.
B. Pengertian gigi
dalam kamus besar Bahasa Indonesia Gigi adalah tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yg tumbuh tersusun berakar di dl gusi dan kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit.
C. Pengertian Anatomi Gigi
Anatomi gigi adalah Ilmu yang mempelajari tentang susunan / struktur dan bentuk konsfigurasi gigi, hubungan antara gigi yang satu dengan gigi yang lainnyadan hubungan antara gigi dengan jaringan lainnya.
Ilmu - ilmu yang mempunyai hubungan erat dengan anatomi gigi antara lain :
1. Ilmu Pengawet Gigi / konservasi
a. Ilmu penambalan gigi/ operative dentistry
Suatu lubang pada gigi berarti kehilangan sebagian bentuk mahkotanya sehingga gigi tersebut yang tadinya berlubang harus ditambal dan bentuk nya setelah ditambal harus seperti gigi asli sebelum mengalami kerusakan.
b. ilmu Perawatan saluran Akar / Endodontia
Bila karies mencapai jaringan pulpa maka perlu dilakukan perawatan Endodontia
2. Ilmu meratakan Gigi / Orthodontia
Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana merapihkan gigi supaya gigi yang tadinya mengalami pergeseran atau tidak rapih bisa rapih .
3. Ilmu gigi tiruan lepasan
a. ilmu gigi tiruan sebagian lepasan
b. IGT lengkap lepas
c. IGT tiruan cetak
4. Ilmu pencabutan gigi / Exodontia
ilmu yang mempelajari cara - cara pencabuatn gigi
5. Ilmu periodontia
ilmu yang mempelajari tentang jaringan periodontium penyakit- penyakit yang berhubungan dengan Periodontia
6. Ilmu teknologi Gigi / dental teknologi
ilmu yang mempelajari tentang teknik - teknik dasar pembuatan mahkota jembatan, gigi geligi tiruan dan alat - alat rehabilitasi lainnya.
Gigi geligi manusia dibagi dalam dua golongan. :
1. Gigi sulung / Deciduous teeth
normal bayi yang baru lahir tidak mempunyai gigi. tetapi benih gigi sudah ada jauh sebelum bayi lahir. baru pada usia kurang lebih 6 bulan gigi pertama sulung tumbuh dan pada umur kurang lebih 2 tahu gigi lengkap tumbuh.
Normal anak mempunyai gigi sulung 20 gigi yang susunannya sebagai berikut : 10 rahang atas, 10 rahang bawah ;
nama dari gigi sulung :
I. Gigi seri pertama / insisivus sentral / i1
II. Gigi seri kedua / Insisivus lateral / i2
III. Gigi taring / Caninus/c
IV. Gigi Graham pertama / Molar ke - 1 /m1
V. Gigi graham kedua/ molar ke-2/m2
2. Gigi Tetap
Normal kita mempunyai gigi 32 gigi tetap yang susunannya sebagai berikut : 16 gigi rahang atas dan 16 gigi rahang bawah. gigi tetap pertama kli tumbuh adalah gigi molar pertama yang letaknya persis dibelakang molar sulung ke-2pada usia 6 tahun ;
nama dan macam - macam gigi tetap ;
1. Gigi seri pertama/ insisivus ke-1/ I1
2. Gigi seri kedua / insisivus ke-2/I2
3. Gigi taring / Caninus/ C
4. gigi geraham kecil pertama/ Premolar ke-1/ P1
5. Gigi Geraham kecil kedua/ Premolar ke-2/P2
6. Gigi Geraham besar pertama/ molar ke-1/ M1
7. Gigi geraham besar kedua/ molar ke-2/M2
8. Gigi Geraham besar ketiga/ Molar ke-3/ M3
istilah anatomi berasal dari dua kata yunani yang artinya menyayat. inilah caranya para ahli anatomi terdahulu kala mempelajari struktur ( susunan Organ ) dari benda - benda Yang hidup yaitu dengan menyayat binatang atau jenazah manusia, mengadakan observasi pada strukturnya lalu menduga duga Fungsi struktur - struktur itu. Wawasan anatomi modern memang sudah luas sekali walaupun demikian anatomi tubuh manusia adalah ilmu mempelajari struktur organ - organ tubuh manusia dengan berbagai cara, dan cara - cara yang bervariasi ini telah membawa kemajuan menuju spesialis mengenai sebagian anatomi tubuh manusia.
Anatomi umum adalah ilmu yang mempelajari mengenai bentuk ( tubuh ) manusia dan struktur - struktur organnya seperti yang terlihat dengan mata biasa.
B. Pengertian gigi
dalam kamus besar Bahasa Indonesia Gigi adalah tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yg tumbuh tersusun berakar di dl gusi dan kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit.
C. Pengertian Anatomi Gigi
Anatomi gigi adalah Ilmu yang mempelajari tentang susunan / struktur dan bentuk konsfigurasi gigi, hubungan antara gigi yang satu dengan gigi yang lainnyadan hubungan antara gigi dengan jaringan lainnya.
Ilmu - ilmu yang mempunyai hubungan erat dengan anatomi gigi antara lain :
1. Ilmu Pengawet Gigi / konservasi
a. Ilmu penambalan gigi/ operative dentistry
Suatu lubang pada gigi berarti kehilangan sebagian bentuk mahkotanya sehingga gigi tersebut yang tadinya berlubang harus ditambal dan bentuk nya setelah ditambal harus seperti gigi asli sebelum mengalami kerusakan.
b. ilmu Perawatan saluran Akar / Endodontia
Bila karies mencapai jaringan pulpa maka perlu dilakukan perawatan Endodontia
2. Ilmu meratakan Gigi / Orthodontia
Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana merapihkan gigi supaya gigi yang tadinya mengalami pergeseran atau tidak rapih bisa rapih .
3. Ilmu gigi tiruan lepasan
a. ilmu gigi tiruan sebagian lepasan
b. IGT lengkap lepas
c. IGT tiruan cetak
4. Ilmu pencabutan gigi / Exodontia
ilmu yang mempelajari cara - cara pencabuatn gigi
5. Ilmu periodontia
ilmu yang mempelajari tentang jaringan periodontium penyakit- penyakit yang berhubungan dengan Periodontia
6. Ilmu teknologi Gigi / dental teknologi
ilmu yang mempelajari tentang teknik - teknik dasar pembuatan mahkota jembatan, gigi geligi tiruan dan alat - alat rehabilitasi lainnya.
Gigi geligi manusia dibagi dalam dua golongan. :
1. Gigi sulung / Deciduous teeth
normal bayi yang baru lahir tidak mempunyai gigi. tetapi benih gigi sudah ada jauh sebelum bayi lahir. baru pada usia kurang lebih 6 bulan gigi pertama sulung tumbuh dan pada umur kurang lebih 2 tahu gigi lengkap tumbuh.
Normal anak mempunyai gigi sulung 20 gigi yang susunannya sebagai berikut : 10 rahang atas, 10 rahang bawah ;
nama dari gigi sulung :
I. Gigi seri pertama / insisivus sentral / i1
II. Gigi seri kedua / Insisivus lateral / i2
III. Gigi taring / Caninus/c
IV. Gigi Graham pertama / Molar ke - 1 /m1
V. Gigi graham kedua/ molar ke-2/m2
2. Gigi Tetap
Normal kita mempunyai gigi 32 gigi tetap yang susunannya sebagai berikut : 16 gigi rahang atas dan 16 gigi rahang bawah. gigi tetap pertama kli tumbuh adalah gigi molar pertama yang letaknya persis dibelakang molar sulung ke-2pada usia 6 tahun ;
nama dan macam - macam gigi tetap ;
1. Gigi seri pertama/ insisivus ke-1/ I1
2. Gigi seri kedua / insisivus ke-2/I2
3. Gigi taring / Caninus/ C
4. gigi geraham kecil pertama/ Premolar ke-1/ P1
5. Gigi Geraham kecil kedua/ Premolar ke-2/P2
6. Gigi Geraham besar pertama/ molar ke-1/ M1
7. Gigi geraham besar kedua/ molar ke-2/M2
8. Gigi Geraham besar ketiga/ Molar ke-3/ M3
dislokasi pada tulang
1. PENGERTIAN
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi, Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth), Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).
2. PENYEBAB
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
a) Cedera olah raga biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, volley, basket dan pemain sepakbola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
b) Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi, terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
c) Patologis: terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang
d) Gambaran klinik nyeri terasa hebat. Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja. Garis gambar lateral bahu dapat rata dan, kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
e) Patofisiologi. Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid)
f) Pemeriksaan X-Rays. Sinar –X pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid,Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi
g) Komplikasi dini cedera saraf: saraf aksila dapat cedera; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
3. TANDA-TANDA DISLOKASI:
a) Dislokasi sendi rahang. Terjadi karena menguap atau tertawa terlalu lebar, terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka.
Penanggulangan
Rahang ditekan kebawah dengan mempergunakan ibu jari yang sudah dilindungi balutan, ibu jari tersebut diletakkan pada geraham paling belakang, tekanan tersebut harus mantap tetapi pelan-pelan bersamaan dengan penekanan jari-jari yang lain mengangkat dagu penderita keatas. Tindakan dikatakan berhasil bila rahang tersebut menutup dengan cepat dan keras. Untuk beberapa saat penderita tidak boleh membuka mulut lebar
b) Dislokasi sendi bahu, tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu: Sendi bahu tidak dapat digerakakkan, korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain, korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan, kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
Penanggulangan
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi, Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth), Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).
2. PENYEBAB
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
a) Cedera olah raga biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, volley, basket dan pemain sepakbola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
b) Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi, terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
c) Patologis: terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang
d) Gambaran klinik nyeri terasa hebat. Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja. Garis gambar lateral bahu dapat rata dan, kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
e) Patofisiologi. Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid)
f) Pemeriksaan X-Rays. Sinar –X pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid,Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi
g) Komplikasi dini cedera saraf: saraf aksila dapat cedera; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
3. TANDA-TANDA DISLOKASI:
a) Dislokasi sendi rahang. Terjadi karena menguap atau tertawa terlalu lebar, terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka.
Penanggulangan
Rahang ditekan kebawah dengan mempergunakan ibu jari yang sudah dilindungi balutan, ibu jari tersebut diletakkan pada geraham paling belakang, tekanan tersebut harus mantap tetapi pelan-pelan bersamaan dengan penekanan jari-jari yang lain mengangkat dagu penderita keatas. Tindakan dikatakan berhasil bila rahang tersebut menutup dengan cepat dan keras. Untuk beberapa saat penderita tidak boleh membuka mulut lebar
b) Dislokasi sendi bahu, tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu: Sendi bahu tidak dapat digerakakkan, korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain, korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan, kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
Penanggulangan
- Teknik Hennipen secara perlahan dielevasikan sehingga bongkol sendi masuk kedalam mangkok sendi. Pasien duduk atau tidur dengan posisi 450, siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi arah keluar (eksterna) sampai 900 dengan lembut dan perlahan, jika korban merasa nyeri, rotasi eksterna sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah relaksasi eksterna mencapai 900 maka reposisi akan terjadi, jika reposisi tidak terjadi, maka;
- Teknik Stimson pasien tidur tengkurap, kemudian tangan yang dislokasi digantung tempat tidur diberi beban 10-15 pound selama 30 menit biasanya akan terjadi reposisi jika tidak berhasil dapatditolong dengan pergerakan rotasi dan kemudian interna.
- Dislokasi sendi panggul, tanda-tanda klinis terjadinya dislokasi panggul: Kaki pendek dibandingkan dengan kaki yang tidak mengalami dislokasi kaput femur dapat diraba pada tanggul. Setiap usaha menggerakkan pinggul akan mendatangkan rasa nyeri
- Dislokasi congenital: Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
- Dislokasi patologik: Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
- Dislokasi traumatic: Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
- Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
teknik pemeriksaan cervical
Wah lama nih gak posting sekarang kita
mau belajar tentang Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebra Cervical.
Pemeriksaan radiografi vertebra cervical sendiri adalah pemeriksaan
radiografi untuk melihat anatomi ataupun kelainan-kelainan pada vertebra
cervical (tulang leher). Teknik-teknik dasar yang biasa digunakan untuk
pemeriksaan ini meliputi proyeksi Anterior Posterior (AP) open mouth,
Anterior Posterior (AP) axial, Oblique, Lateral, dan Lateral Swimmer’s. Akan tetapi proyeksi-proyeksi tersebut digunakan sesuai klinis.
PROYEKSI AP (Atlas (C1) dan Axis (C2))
Open Mouth (Albers Schonbergl dan George)
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8 x 10 inci (18 X 24 cm).
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8 x 10 inci (18 X 24 cm).
Posisi pasien :
Tempatkan pasien dalam posisi terlentang diatas meja pemeriksaan,
kemudian pusatkan bidang midsagittal tubuh pada garis tengah grid. Atur
lengan pasien di sepanjang sisi tubuh, dan atur bahu sampai terletak
pada bidang horizontal yang sama. Jika perlu tempatkan penopang di bawah
lutut pasien untuk kenyamanan.
Posisi objek : Tempatkan
lR (kaset radiograf) ke dalam Bucky, dan pusat IR pada level aksis (V.
Cervical 2).Sesuaikan kepala pasien sehingga bidang midsagittal tegak
lurus terhadap bidang meja.Pilih faktor eksposur, dan atur posisi tube
x-ray sehingga setiap sedikit perubahan dapat dilakukan dengan cepat
setelah pengaturan akhir kepala pasien. Meskipun posisi ini tidak mudah
untuk dinahan, pasien biasanya dapat bekerja sama sepenuhnya kecuali ia
tetap dalam posisi, akhir tegang terlalu lama.Atur agar pasien membuka
mulut lebar sebanyak mungkin, dan kemudian sesuaikan kepala sehingga
garis dari tepi bawah gigi seri atas ke ujung prosesus mastoid (bidang
oklusal) tegak lurus terhadap IR. Sebuah pengganjal kecil di bawah
bagian belakang kepala mungkin diperlukan untuk mempermudah membuka
mulut ketika keselarasan yang tepat dari gigi seri atas dan mastoid tips
dipertahankan.
Proteksi Radiasi : Gunakan Perisai gonad.
Respirasi : Anjurkan
pasien untuk menjaga mulut terbuka lebar dan perlahan mengucapkan “Hah”
selama eksposur. Serta letakkan lidah di dasar mulut sehingga tidak
diproyeksikan pada atlas dan axis dan akan mencegah gerakan mandibula.
Central ray : Arah sinar tegak lurus ke pusat IR dan masuk ke titik tengah mulut yang terbuka
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan proyeksi AP dari atlas dan axis melalui mulut yang terbuka. Jika
pasien memiliki kepala yang dalam atau rahang panjang. Keseluruhan
atlas tidak dapat ditunjukkan. Ketika bayangan persis superposisi dengan
permukaan oklusal dari gigi seri tengah atas dan dasar tengkorak yang
sesuai dengan orang-orang dari ujung proses mastoid, posisi tidak dapat
diperbaiki. Jika pasien tidak dapat membuka mulut, tomografi mungkin
diperlukan untuk melihat axis dan atlas.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
- Tampak dens, atlas, sumbu, dan artikulasi antara Cervical 1 dan cervical 2.
- Permukaan artikular seluruh atlas dan axis (untuk memeriksa perpindahan lateral)
- Superposisi bidang oklusal dari gigi seri tengah atas dan dasar tengkorak
- Lebar mulut yang terbuka
- Bayangan lidah tidak diproyeksikan di atas atlas dan axis
- Ramus mandibula sama jaraknya dari dens
CATATAN : SID 30-inchi (76 cm) sering digunakan untuk proyeksi ini untuk meningkatkan bidang pandang daerah odontoid.
PROYEKSI AP AKSIAL
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8 x 10 inchi (18 X24 cm) memanjang.
Posisi pasien : Tempatkan
pasien dalam posisi terlentang atau tegak dengan punggung melawan
dudukan IR.Sesuaikan bahu pasien untuk berbaring dalam bidang horizontal
yang sama untuk mencegah rotasi.
Posisi objek : Pusatkan
bidang midsagittal dari tubuh pasien ke garis tengah meja atau perangkat
grid vertikal. Extendsikan dagu sehingga bidang oklusal tegak lurus
terhadap ujung meja. Hal ini mencegah superimposisi tulang mandibula dan
pertengahan cervical. Kemudian pusatkan IR pada level C4. Atur kepala
sehingga bidang midsagittal selaras lurus dan tegak lurus terhadap IR.
Berikan pengganjal untuk kepala pasien yang memiliki lengkungan
lordotic. Pengganjal ini akan membantu mengimbangi lengkungan dan
mengurangi distorsi gambar.
Proteksi radiasi : Gunakan perisai gonad.
Respirasi : Tahan nafas.
Central ray : Diarahkan
melalui C4 pada sudut 15 sampai 20 derajat cephalad. Sinar sentral masuk
pada atau sedikit lebih rendah ke titik yang paling menonjol dari
tulang rawan tiroid.
Struktur ditunjukkan : Gambar
yang dihasilkan menunjukkan lima bagian bawah corpus servical dan dua
atau tiga bagian atas corpus toraks, ruang interpediculate, superimposed
transversus dan prosesus artikular, dan dalam ruang disk tervertebral.
Proyeksi ini juga digunakan untuk menunjukkan ada atau tidak adanya
tulang rusuk cervical.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
- Tampak area dari bagian superior dari C3 ke T2 dan sekitarnya jaringan lunak
- Tampak bayangan dari tengkuk mandibula dan superimposed di atas atlas dan sebagian besar aksis
- Terbuka ruang diskus intervertebralis
- Spinosus prosesus berjarak sama pada pedikel
- Sudut mandibula berjarak sama pada vertebra.
PROYEKSI LATERAL (Grandy Metode)
R atau posisi L
Keset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8×10 inchi (18x24cm) memanjang
SID : SID 60 sampai 72 inchi (152-183 cm) dianjurkan karena OID meningkat. Jarak yang lebih jauh membantu menunjukkan C7.
Posisi pasien : Tempatkan
pasien dalam posisi lateral yang benar, baik duduk atau berdiri, di
depan perangkat grid vertikal. Sumbu panjang veltebrae cervical harus
sejajar dengan bidang IR.Mintalah pasien duduk atau berdiri lurus, dan
menyesuaikan ketinggian IR sehingga itu berpusat pada level C4. Bagian
atas IR akan menjadi sekitar 1 inchi (2,5 cm) di atas EAM.
Posisi objek : Pusatkan
bidang koronal yang melewati mastoid tips ke garis tengah IR.Pindahkan
pasien agar dekat dengan perangkat grid vertikal untuk memungkinkan bahu
yang dekat bersandar terhadap perangkat sebagai dukungan. (Proyeksi ini
dapat dilakukan tanpa menggunakan grid.)Putar bahu anterior atau
posterior sesuai dengan kyphosis alami vertebra: jika pasien itu bulat
bahu, putar bahu anterior, jika tidak, putar ke posterior.Sesuaikan bahu
agar terletak dalam bidang horizontal yang sama, tekan sebisa mungkin,
dan imobilize dengan memasang satu karung pasir kecil ke pergelangan
tangan masing-masing. Karung pasir harus dari bobot yang sama.Hati-hati
dan pastikan bahwa pasien tidak mengangkat bahu.Tinggikan dagu sedikit,
atau pasien menjulur mandibula untuk mencegah superimposisi ramus
mandibula dan tulang belakang. Pada waktu yang sama dan dengan bidang
midsagittal kepala vertikal, mintalah pasien untuk melihat terus di satu
tempat di dinding. Bantuan ini mempertahankan posisi kepala.
Proteksi radiasi : Gunakan perisai gonad.
Respirasi : Tahan respirasi pada akhir ekspirasi penuh untuk mendapatkan depresi yang maksimum bagian bahu.
Central ray : Horisontal
dan tegak lurus terhadap C4. Dengan pemusatan seperti, garis yang
diperbesar dari bahu terjauh dari IR yang akan diproyeksikan di bawah
tulang leher bawah.
Struktur ditunjukkan : Gambar
yang dihasilkan menunjukkan proyeksi lateral corpus servical dan
interspaces mereka, pilar artikular, lima bawah sendi zygapophyseal, dan
prosesus spinosus. Tergantung pada seberapa baik bahu dapat ditekan,
sebuah proyeksi lateral yang baik harus mencakup C7, kadang-kadang T1
dan T2 juga dapat dilihat.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
- Tampak ketujuh cervical dan setidaknya sepertiga dari T1. (Kalau radiograf terpisah dari wilayah cervicothoracic direkomendasikan.)
- Leher diekstensikan sehingga mandibula tidak tumpang tindih atlas atau axis.
- Tampak superposisi atau hampir superimposed dari mandibula.
- Tidak ada rotasi atau kemiringan cervical spine yang ditunjukkan oleh sendi zygapophyeal yang terbuka.
- C4 di tengah radiograf.
- Tampak detil tulang dan jaringan lunak.
USG
A. Pengertian
USG itu adalah kepanjangan dari Ultrasonography yang artinya adalah alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga kita. Dengan alat USG ini sekarang pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada Efek radiasi). Jadi kesimpulannya apabila pemeriksaan kehamilan seminggu sekali menggunakan alat USG ini sama sekali tidak ada efeknya negatifnya kepada bayi yang dikandung.
B. Manfaat
Ultransonografi atau USG memiliki banyak manfaat. Alat yang menggunakan gelombang suara ini digunakan dalam dunia kedokteran kandungan sejak 1961. Tidak ada efek samping berarti dari USG asal tidak digunakan terus menerus selama berjam-jam. Beberapa hal yang bisa diketahui dari penggunaan USG antara lain adalah :
1.Konfirmasi kehamilan : Di usia kehamilan lima setengah minggu, embrio dapat dilihat
lewat USG. Di usia 7 minggu, detak jantung janin dapat diketahui
2.Usia kehamilan : ukuran tubuh fetus biasanya digunakan untukj mengukur usia
kehamilan. Ukuran ini bisa diketahui lewat pemantauan dengan USG > Tanggal
persalinan pun dapat diperkirakan dengan mudah.
3.Pertumbuhan dan perkembangan janin
4.Ancaman keguguran : jika terjadi pendarahan vagina awal, USG dapat menilai
kesehatan dari tetus. Detak jantung janin jelas berarti prospek yang baik untuk
melanjutkan kehamilan
5.Plasenta bermasalah : USG dapat menilai kondisi plasenta dan menilai adanya masalah
seperti plasenta previa (plasenta menutup jalan lahir)
6.Hamil ganda/kembar : jumlah fetus dapat dipastikan lewat USG. Karena itu, bila ada bayi kembar, orangtua dapat mengetahuinya sejak awal.
7.Ukuran cairan ketuban : lewat USG, cairan ketuban bisa diukur. Jumlah cairan ketuban yang berlebih maupun kurang dapat mempengaruhi kondisi janin. Mengecek lewat USG sangat bermanfaat untuk keperluan ini.
8.Kelainan posisi janin : kelainan posisi atau letak janin seperti sungsang dan melintang juga bisa dipantau lewat alat canggih ini
9.Jenis kelamin bayi : bagi banyak orang, hal ini merupakan abgian terpenting dalam proses kontrol kehamilan.
* Pada kehamilan trimester I:
- Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi.
- Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya kelainan atau cacat
bawaan.
- Meyakinkan adanya kehamilan.
- Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda,
misalnya kehamilan ektopik.
- Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya IUD.
- Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar rahim.
- Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin.
- Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu besar.
- Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan, misalnya adanya kista,
mioma,
*Pada kehamilan trimester II & III:
- Untuk menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu cepat
disebabkan oleh berlebihnya cairan amnion atau bukan.
- Menentukan kondisi plasenta, karena rusaknya plasenta akan menyebabkan
terhambatnya perkembangan janin.
- Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran prematur. Jadi,
lebih ke arah pertumbuhan janinnya normal atau tidak.
- Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, gerak nafas, banyaknya
cairan amnion, dsb.
- Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit tali pusar sebelum persalinan.
- Untuk melihat adanya tumor di panggul atau tidak.
- Untuk menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah ke otaknya, dsb).
Dengan demikian, jika hasilnya menunjukkan hasil yang tidak normal, maka kita dapat bertindak lebih cepat untuk menyelamatkan janin. Karena gangguan aliran darah pada janin dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan pada keadaan yang sudah berat dapat mengakibatkan kematian.
C. Dampak Penggunaan Mesin USG
Sejumlah wanita berpendapat, pemeriksaan USG yang terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan janin dalam kandungan. Akhirnya, ketika menjalani kehamilan, mereka hanya bersedia sekali atau dua kali menjalani pemeriksaan USG.
Sebenarnya, anggapan tersebut keliru. Menurut sejumlah studi eksperimental pada manusia dan hewan yang dilakukan di manca negara, tak pernah ditemukan efek negatif akibat penggunaan USG. Sementara, dalam situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), disebutkan bahwa USG baru berakibat negatif jika telah dilakukan sebanyak 400 kali.
USG memang tak berbahaya buat janin. Sebab, USG tak mengeluarkan radiasi gelombang suara yang bisa berpengaruh buruk pada otak si jabang bayi. Hal ini berbeda dengan penggunaan sinar rontgen.
Dampak yang timbul dari penggunaan USG hanya efek panas yang tak berbahaya bagi ibu maupun bayinya. Pada kepentingan tertentu, misalnya kehamilan resiko tinggi, seharusnya sang ibu semakin sering menjalani pemeriksaan USG. Tujuannya, agar cepat terdeteksi jika ada perkembangan yang tak dikehendaki.
Misalnya, pada kasus bayi kembar, jika tanpa USG, Bagaimana kita tahu, kalau bayi yang satu dapat makan, sementara yang satu lagi tidak. Memang tidak bisa dideteksi, kecuali kita punya kemampuan supranatural.
USG itu adalah kepanjangan dari Ultrasonography yang artinya adalah alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga kita. Dengan alat USG ini sekarang pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada Efek radiasi). Jadi kesimpulannya apabila pemeriksaan kehamilan seminggu sekali menggunakan alat USG ini sama sekali tidak ada efeknya negatifnya kepada bayi yang dikandung.
B. Manfaat
Ultransonografi atau USG memiliki banyak manfaat. Alat yang menggunakan gelombang suara ini digunakan dalam dunia kedokteran kandungan sejak 1961. Tidak ada efek samping berarti dari USG asal tidak digunakan terus menerus selama berjam-jam. Beberapa hal yang bisa diketahui dari penggunaan USG antara lain adalah :
1.Konfirmasi kehamilan : Di usia kehamilan lima setengah minggu, embrio dapat dilihat
lewat USG. Di usia 7 minggu, detak jantung janin dapat diketahui
2.Usia kehamilan : ukuran tubuh fetus biasanya digunakan untukj mengukur usia
kehamilan. Ukuran ini bisa diketahui lewat pemantauan dengan USG > Tanggal
persalinan pun dapat diperkirakan dengan mudah.
3.Pertumbuhan dan perkembangan janin
4.Ancaman keguguran : jika terjadi pendarahan vagina awal, USG dapat menilai
kesehatan dari tetus. Detak jantung janin jelas berarti prospek yang baik untuk
melanjutkan kehamilan
5.Plasenta bermasalah : USG dapat menilai kondisi plasenta dan menilai adanya masalah
seperti plasenta previa (plasenta menutup jalan lahir)
6.Hamil ganda/kembar : jumlah fetus dapat dipastikan lewat USG. Karena itu, bila ada bayi kembar, orangtua dapat mengetahuinya sejak awal.
7.Ukuran cairan ketuban : lewat USG, cairan ketuban bisa diukur. Jumlah cairan ketuban yang berlebih maupun kurang dapat mempengaruhi kondisi janin. Mengecek lewat USG sangat bermanfaat untuk keperluan ini.
8.Kelainan posisi janin : kelainan posisi atau letak janin seperti sungsang dan melintang juga bisa dipantau lewat alat canggih ini
9.Jenis kelamin bayi : bagi banyak orang, hal ini merupakan abgian terpenting dalam proses kontrol kehamilan.
* Pada kehamilan trimester I:
- Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi.
- Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya kelainan atau cacat
bawaan.
- Meyakinkan adanya kehamilan.
- Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda,
misalnya kehamilan ektopik.
- Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya IUD.
- Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar rahim.
- Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin.
- Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu besar.
- Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan, misalnya adanya kista,
mioma,
*Pada kehamilan trimester II & III:
- Untuk menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu cepat
disebabkan oleh berlebihnya cairan amnion atau bukan.
- Menentukan kondisi plasenta, karena rusaknya plasenta akan menyebabkan
terhambatnya perkembangan janin.
- Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran prematur. Jadi,
lebih ke arah pertumbuhan janinnya normal atau tidak.
- Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, gerak nafas, banyaknya
cairan amnion, dsb.
- Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit tali pusar sebelum persalinan.
- Untuk melihat adanya tumor di panggul atau tidak.
- Untuk menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah ke otaknya, dsb).
Dengan demikian, jika hasilnya menunjukkan hasil yang tidak normal, maka kita dapat bertindak lebih cepat untuk menyelamatkan janin. Karena gangguan aliran darah pada janin dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan pada keadaan yang sudah berat dapat mengakibatkan kematian.
C. Dampak Penggunaan Mesin USG
Sejumlah wanita berpendapat, pemeriksaan USG yang terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan janin dalam kandungan. Akhirnya, ketika menjalani kehamilan, mereka hanya bersedia sekali atau dua kali menjalani pemeriksaan USG.
Sebenarnya, anggapan tersebut keliru. Menurut sejumlah studi eksperimental pada manusia dan hewan yang dilakukan di manca negara, tak pernah ditemukan efek negatif akibat penggunaan USG. Sementara, dalam situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), disebutkan bahwa USG baru berakibat negatif jika telah dilakukan sebanyak 400 kali.
USG memang tak berbahaya buat janin. Sebab, USG tak mengeluarkan radiasi gelombang suara yang bisa berpengaruh buruk pada otak si jabang bayi. Hal ini berbeda dengan penggunaan sinar rontgen.
Dampak yang timbul dari penggunaan USG hanya efek panas yang tak berbahaya bagi ibu maupun bayinya. Pada kepentingan tertentu, misalnya kehamilan resiko tinggi, seharusnya sang ibu semakin sering menjalani pemeriksaan USG. Tujuannya, agar cepat terdeteksi jika ada perkembangan yang tak dikehendaki.
Misalnya, pada kasus bayi kembar, jika tanpa USG, Bagaimana kita tahu, kalau bayi yang satu dapat makan, sementara yang satu lagi tidak. Memang tidak bisa dideteksi, kecuali kita punya kemampuan supranatural.
Kamis, 30 Januari 2014
bone densitometri
1. Latar Belakang
Masalah
usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi perhatian dunia, termasuk
Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya usia harapan
hidup. Keadaan ini menyebabkan peningkatan penyakit menua yang
menyertainya, antara lain osteoporosis (keropos tulang). Masalah
osteoporosis di Indonesia dihubungkan dengan masalah hormonal pada
menopause. Menopause lebih cepat dicapai wanita Indonesia pada usia 48
tahun dibandingkan wanita barat yaitu usia 60 tahun. Mulai berkurangnya
paparan terhadap sinar matahari. Kurangnya asupan kalsium. Perubahan
gaya hidup seperti merokok, alkohol dan berkurangnya latihan fisik.
Penggunaan obat-obatan steroid jangka panjang. Serta risiko osteoporosis
tanpa gejala klinis yang menyertainya.
Sejak
penurunan massa tulang dihubungkan dengan terjadinya fraktur yang akan
datang, maka pemeriksaan massa tulang merupakan indikator untuk
memperkirakan risiko terjadinya fraktur. Pada dekade terakhir, fakta ini
menyebabkan kepedulian terhadap penggunaan alat diagnostik non invasif (bone densitometry)
untuk mengidentifikasi subyek dengan penurunan massa tulang, sehingga
dapat mencegah terjadinya fraktur yang akan datang, bahkan dapat
memonitoring terapi farmakologikal untuk menjaga massa tulang.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kekeroposan tulang (osteoporosis)?
2. Apa pengertian bone densitometer?
3. Apa saja jenis-jenis densitometer?
4. Bagaimana cara kerja dari Bone densitometer?
5. Apa indikasi penggunaan Bone densitometer?
3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian osteoporosis
2. Mengetahui pengertian bone densitometer
3. Mengetahui jenis-jenis bone densitometer
4. Mengetahui cara kerja bone densitometer
5. Mengetahui indikasi penggunaan bone densitometer
PEMBAHASAN
Penggunaan
zat-zat radioaktif merupakan bagian dari teknologi nuklir yang relatif
cepat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini disebabkan zat-zat
radioaktif mempunyai sifat-sifat yang spesifik, yang tidak dimiliki oleh
unusr-unsur lain. Dengan memanfaatkan sifat-sifat radioaktif tersebut,
maka banyak persoalan yang rumit yang dapat disederhanakan sehingga
penyelesaiannya menjadi lebih mudah. Radioaktif merupakan kumpulan
beberapa tipe partikel subatom, biasanya disebut sinar gamma, neutron,
elektron, dan partikel alpha. radioaktif itu bersifat melaju melalui
celah/rongga ruang dengan kecepatan tinggi, yaitu sekitar 100,000 mili
persekon. Salah satu manfaat radiokimia dalam bidang kedokteran yaitu diagnosis kekeroposan tulang (osteoporosis) dengan bone densitometer.
1. Definisi osteoporosis
Osteoporosis yaitu penyakit
yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya
mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga
meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Fraktur
osteoporosis dapat terjadi pada tiap tempat. Meskipun fraktur yang
berhubungan dengan kelainan ini meliputi thorak dan tulang belakang
(lumbal), radius distal dan femur proksimal. Osteoporosis adalah
pengurangan umum progresif dari kepadatan tulang Bone Mineral Density
(BMD) yang sering menyebabkan kerapuhan tulang. Ini adalah penyakit yang
melemahkan di mana tulang menjadi rapuh dan lebih mungkin untuk
istirahat. Pada kenyataannya, Osteoporosis adalah penyebab utama patah
tulang pada pria dan wanita di atas usia 65.
2. Kegunaan Bone Densitometer
Alat
Bone Densitometri digunakan untuk mengukur massa tulang terutama bagi
mereka yang rentan terhadap fraktur (patah). Pemeriksaan ini bermanfaat
dalam mengindentifikasi penurunan masa tulang seseorang sehingga
meminimalkan resiko fraktur, mencegah terjadinya fraktur di masa yang
akan datang dan dapat memonitor terapi untuk menjaga massa tulang.
Densitometer
umumnya digunakan untuk mendiagnosis kepadatan tulang yang rawan
keropos (osteoporosis) dengan mengukur kepadatan mineral tulang. Sistem
kerja alat ini ada yang dapat mengukur lumbal, pangkal paha, lengan
bawah ataupun tulang tumit saja. Densitometer dapat digunakan sebagai
deteksi dini adanya patah tulang.
Bone Densitometry
Bonedensitometer
atau juga disebut Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA). Mesin ini
memungkinkan pengukuran kepadatan tulang belakang, tulang paha dan
pergelangan tangan, serta komposisi tubuh total (lemak). Pandangan
lateral tulang belakang juga dapat diperoleh untuk deteksi fraktur.
Bonedensitometer secara ilmiah terbukti sebagai metode terbaik untuk
pengukuran kepadatan tulang.
Pemeriksaan
energi ganda X-Ray Absorpitometry (DEXA) memperkirakan jumlah konten
mineral tulang di daerah tertentu dari tubuh. Pemeriksaan DEXA mengukur
jumlah x-sinar yang diserap oleh tulang dalam tubuh Anda. Pemeriksaan
memungkinkan ahli radiologi untuk membedakan antara tulang dan jaringan
lunak, memberikan estimasi yang sangat akurat dari kepadatan tulang.
Scan kepadatan tulang lebih cepat dan tidak memerlukan suntikan
radionuklida serta bebas rasa sakit. Tes kepadatan tulang (DEXA) juga
dapat digunakan untuk menentukan apakah obat tertentu yang meningkatkan
kekuatan kepadatan tulang dari waktu ke waktu.
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang.
Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan
lainnya penyebab osteoporosis yang bisa diatasi.
3. Macam-macam Densitometer
1. SPA (Single Photon Absorptiometry) untuk mengukur pergelangan tangan.
2.SXA (Singel Energy x-ray absorptiometry) untuk mengukur pergelangan tangan atau tumit.
3. Ultrasound untuk mengukur densitas tulang tumit, digunakan untuk skrining
4.QCT (Quantitative Computed Tomography) untuk mengukur belakang dan pinggang.
5. DEXA untuk mengukur tulang belakang, pinggul, atau seluruh tubuh.
6.PDXA (Peripheral Dual Energy x-ray Absorptiometry) untuk mengukur pergelangan tangan, tumit atau jari.
7. RA (Radiographic Absorptiometry) menggunakan sinar x pada tangan atau
sepotong metal kecil untuk menghitung kepadatan tulang.
8. DPA (Dual Photo Absorptiometry) untuk mengukur tulang belakang,
pinggang atau seluruh tubuh.
4. Cara Kerja Bone Densitometer
Untuk
mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan
pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia dikenal 3 cara
penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu:
A. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry).
Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis.
Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta
bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit.
DXA sangat berguna untuk:
o wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis
o penderita yang diagnosisnya belum pasti
o penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara akurat
B. Densitometer-USG.
Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit
osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai
lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5
berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti
osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan
harga pemeriksaannya yang lebih murah.
C. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan
hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi
darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan
tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral.
Proses
pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda
bioklimia N-MID-Osteocalcin. Osteocalcin merupakan protein spesifik
tulang sehingga pemeriksan ini dapat digunakan saebagai penanda biokimia
pembentukan tualng dan juga untuk menentukan kecepatan turnover tulang
pada beberapa penyakit tulang lainnya. Pemeriksaan osteocalcin juga
dapat digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis.
Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain:
- Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian bawah.
- Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan tulang belakang.
- Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid.
- Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal
Tabel 1. Karakteristik teknik pengukuran densitas tulang
Teknik
|
Jenis Radiasi
|
Status Perkembangan
|
Accuracy CV (%)
|
Precision CV (%)
|
Waktu Scan (menit)
|
Keterangan
|
Radiogrametry dan photodensitometry
|
Radiasi ionisasi x-ray
|
Mulai ditinggalkan
| ||||
Single-energy photon absorptiometry (SPA)
|
Radiasi ionisasi single-energy gamma
|
Established. Saat ini mulai digantikan oleh teknik x-ray.
|
2-8
|
2-5
|
5-15
|
Sederhana, relatif tidak mahal, paparan radiasi rendah. Sumber yang rusak mempengaruhi tampilan
|
Dual-energy photon absorptiometry (DPA)
|
Radiasi ionisasi gamma, dengan 2 energi berbeda
|
Established. Saat ini mulai digantikan oleh teknik x-ray.
|
3-10
|
2-6
|
20-45
|
Biasanya digunakan untuk pengukuran di tulang belakang dan panggul. Sumber yang rusak mempengaruhi tampilan.
|
Single-energy x-ray absorptiometry (SXA)
|
Radiasi ionisasi single-energy x-ray
|
Established
|
5
|
1
|
10-20
|
X-ray equivalent of SPA
|
Dual-energy x-ray absorptiometry (DXA)
|
Radiasi ionisasi x-ray dengan 2 energi berbeda
|
Established (saat ini paling banyak digunakan)
|
3-6
|
1-3
|
3-10
|
Sumber
Single X-ray dengan 2 energi. Flux photon lebih tinggi dibanding
sumber radionuklida, meningkatkan konfigurasi detektor.
|
Quantitative Computed Tomography (QCT)
|
Radiasi ionisasi x-ray
|
Established
- Simple
- Dual
|
5-15
|
2-5
|
10-15
|
Dapat menilai stuktur tulang. Memerlukan pengukuran standar kalibrasi simultan dengan pasien
|
Ultrasounds (QUS)
|
Non ionisasi
|
First stages of clinical introduction.*
|
20
|
2-4
|
5
|
Potensial untuk mengukur stuktur tulang
|
Magnetic resonance
|
Non ionisasi
|
Eksperimental**
| ||||
Compton scattering
|
Radiasi ionisasi gamma
|
Eksperimental**
| ||||
Neutron Activation analysis (NAA)
|
Radiasi ionisasi gamma
|
Eksperimental**
|
Dari
berbagai metode pengukuran densitas tulang yang digunakan saat ini,
metode yang berdasarkan x-ray (khususnya dual energy x-ray
absorptiometry (DXA)) terbanyak digunakan.Teknik ini secara bertahap
menggantikan teknik ionisasi lain yang menggunakan radiasi gamma.
Karekteristik
terpenting yang menjadikan suatu alat ukur sebagai pilihan untuk
menegakkan diagnosis adalah akurasi dari alat tersebut. Studi yang
menggambarkan akurasi masing-masing alat pengukuran dapat dilihat pada Tabel. 1.
DXA memiliki akurasi 3-6%, hal ini sedikit lebih tinggi pada akurasi
dari QCT dan pQCT yaitu 8-15%.Selain itu presisi (pemeriksaan ulang)
merupakan variabel penting untuk memonitor hasil terapi suatu penyakit.
DXA memiliki presisi 1-3%. Peralatan
untuk pemeriksaan klinis massa tulang atau risiko fraktur umumnya
memiliki sensitifitas moderat sampai tinggi dan spesifisitas rendah.
Tabel 2. Teknik pengukuran densitas massa tulang
No.
|
Teknik Pengukuran
|
Tempat Pengukuran
|
1.
|
Dual-energy X-ray Absorptiometry (DEXA atau DEXA)
|
Tulang belakang Anteroposterior (AP) dab lateral, femur proximal, total body, lengan, tumit
|
2.
|
Quantitative Computed Tomography (QCT)
|
Tulang belakang
|
3.
|
Peripheral Dual-energy X-ray Absorptiometry (pDXA)
|
Lengan
|
4.
|
Perifpheral Quantitative Computed Tomography (pQCT)
|
Lengan
|
5.
|
Single Photon Absorptiometry (SPA)
|
Lengan
|
6.
|
Single-energy X-ray Absorptiometry (SEXA atau SXA)
|
Lengan
|
7.
|
Radiographic Absorptiometry (RA)
|
Phalanges
|
Hasil Pemeriksaan
Bone
densitometri tulang mengukur padatnya tulang di daerah tubuh tertentu
dan dapat mendeteksi osteoporosis sebelum terjadi patah tulang. Dengan
kata lain, pemeriksaan ini membantu Anda memprediksi kemungkinan patah
tulang pada masa depan dan menentukan tingkat BMD (Bone Mineral Density)
saat Anda kehilangan tulang. Informasi ini dapat membantu dokter dalam
mendiagnosis osteoporosis dan menyarankan Anda dalam pencegahan dan
pengobatan yang sesuai untuk penyakit ini. Bonedensitometer menggunakan
sejumlah kecil dari x-ray untuk menghasilkan gambar tulang belakang,
pinggul, lengan, atau seluruh tubuh. X-ray adalah terdiri dari dua
tingkat energi, yang diserap secara berbeda oleh tulang dalam tubuh.
Hasil tes :
T
skor - Angka ini menunjukkan jumlah tulang Anda dibandingkan dengan
nilai orang dewasa muda lain dari gender yang sama dengan massa tulang
puncak. Nilai T digunakan untuk memperkirakan risiko Anda mengembangkan
fraktur.
· Normal: T-score yang berada di atas-1
· Osteopenic: T-score adalah antara -1 dan -2,5 (kepadatan tulang yang rendah)
· Osteoporosis: T-skor di bawah -2,5
Z
skor - Jumlah ini mencerminkan jumlah tulang Anda dibandingkan dengan
orang lain dalam kelompok usia dan jenis kelamin yang sama. Jika skor
ini luar biasa tinggi atau rendah, hal itu mungkin menunjukkan kebutuhan
tes medis lebih lanjut.
5. Keunggulan Bone Densitometer
Bone
densitometri sendiri ditetapkan oleh WHO (World Helath Organization)
sebagai Golden Standard dalam pemeriksaan massa tulang karena memiliki
keunggulan antara lain:
Ø akurasi dan presisi hasil yang lebih baik
Ø resolusi hasil yang tinggi
Ø waktu yang singkat
Ø paparan radiasi yang rendah
6. Kualifikasi dan tanggungjawab tenaga kesehatan
A. Tenaga Dokter
- Pemeriksaan harus di bawah pengawasan dan interpretasi dari dokter yang bersertifikasi dengan kualifikasi:
a. Pengetahuan dan pengertian tentang struktur tulang, metabolisme dan osteoporosis
b. Sertifikat
pelatihan dan mengerti tentang X-ray dan proteksi radiasi, meliputi
bahaya paparan radiasi pada pasien dan operator serta monitoringnya.
c. Mengetahui
dan mengerti tentang proses data absorptiometry dan akuisisi
pencitraan, meliputi posisi pasien dan penempatan regio dan artefak dan
abnormalitas anatomi yang menyebabkan false meningkat atau menurunkan
densitas mineral tulang.
d. Mengetahui dan mengerti parameter laporan, terdiri atas tapi tidak dibatasi pada pemeriksaan densitas tulang, rerata, T-skor, Z-skor, risiko fraktur dan sistim klasifikasi WHO.
e. Mengeahui
dan mengerti kriteria akurasi dan presisi dari pemeriksaan serial,
meliputi batasan perbandingan pengukuran dari teknik dan divisi yang
berbeda
f. Mengetahui dan mengerti penggunaan spektrum teknik densitas tulang, seperti pDXA, DXA, SXA, QCT, radiographic absorptiometry (RA), dan quantitative ultrasound
(QUS), untuk melengkapi aturan konsul, pemeriksaan serial atau prosedur
diagnostik untuk konfirmasi kecurigaan abnormalitas yang tampak pada
pencitraan.
- Pengawasan dokter, bertanggung jawab pada fasilitas absorptiometry dan quality control peralatan. Dokter bertanggung jawab pada kualitas pemeriksaan yang digunakan dalam pelaporan.
B. Operator
1. Bertanggung jawab pada keamanan dan kenyamanan pasien, menyiapkan posisi pasien dan menempatkan wilayah pengukuran bone densitometry, memonitor pasien selama pemeriksaan di bawah pengawasan dokter.
2. Sertifikasi resmi dari penggunaan alat absorptiometry, meliputi semua alat—terutama mengenai prosedur quality assurance (QA).
3. Dapat mengoperasikan secara manual.
4. Lisensi atau sertifikasi dari American Registry of Radiologic Technologists (ARRT) atau Nuclear Medicine Technology Certification Board (NMTCB)
7. Indikasi Bone densitometry
Densitas
tulang saja tidak cukup untuk menjelaskan peningkatan insidens fraktur
panggul yang muncul dengan semakin meningkatnya usia. Faktor lain,
seperti elastisitas dan struktur tulang diperlukan dalam kombinasi
dengan densitas tulang untuk identifikasi wanita yang berisiko tinggi
untuk fraktur.
Guideline indikasi bone densitometry dalam penilaian risiko fraktur yang dikeluarkan oleh Catalan Agency for Health Technology Assessment, Barcelona, menyatakan bahwa bone densitometry diindikasikan pada pasien dengan:16
|
|
|
atau atau
Faktor risiko memiliki hubungan dengan RR fraktur ≥ 2; Moderate risk: faktor risiko memiliki hubungan dengan RR fraktur antara 1 dan 2 kali lebih tinggi (1<RR<2); No risk: faktor risiko memiliki risk value mendekati 1 (null value 1),
dan faktor risiko dengan efek protektif (RR<1);Tidak dapat
diklasifikasikan: faktor risiko dimana hubungan dengan fraktur tidak
dapat dijelaskan, baik karena kurangnya informasi atau pertentangan.
- Bila tidak terdapat faktor risiko, atau faktor yang ada tidak terdapat dalam tabel berikut, atau bila pasien tidak akan mendapatkan pencegahan atau pengobatan untuk menghindarkan insiden fraktur, bone densitometry tidak dikerjakan.
- Umumnya, interval minimum diantara pengukuran bone mass harus lebih dari 2 tahun. Interval ini dapat lebih pendek bila obat yang dapat meningkatkan massa tulang digunakan dan bila densitas tulang dinilai di lumbal.
PENUTUP
Kesimpulan
Salah satu manfaat radiokimia dalam bidang kedokteran yaitu diagnosis kekeroposan tulang (osteoporosis) dengan bone densitometer. Osteoporosis yaitu penyakit
yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya
mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga
meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Umumnya pada Osteoporosis
terjadi pengurangan umum progresif dari kepadatan tulang Bone Mineral
Density (BMD) sehingga menyebabkan terjadinya kerapuhan tulang.
Untuk mengukur massa tulang terutama bagi mereka yang rentan terhadap fraktur (patah) digunakan alat Bone Densitometri. Densitometer
umumnya digunakan untuk mendiagnosis kepadatan tulang yang rawan
keropos (osteoporosis) dengan mengukur kepadatan mineral tulang. Bonedensitometer
menggunakan sejumlah kecil dari x-ray untuk menghasilkan gambar tulang
belakang, pinggul, lengan, atau seluruh tubuh. X-ray adalah terdiri dari
dua tingkat energi, yang diserap secara berbeda oleh tulang dalam
tubuh. Dari berbagai
metode pengukuran densitas tulang yang digunakan saat ini, metode yang
berdasarkan x-ray (khususnya dual energy x-ray absorptiometry (DXA))
terbanyak digunakan.Teknik ini secara bertahap menggantikan teknik
ionisasi lain yang menggunakan radiasi gamma.
Bone
densitometri sendiri ditetapkan oleh WHO (World Helath Organization)
sebagai Golden Standard dalam pemeriksaan massa tulang karena memiliki
keunggulan antara lain akurasi dan presisi hasil yang lebih baik,
resolusi hasil yang tinggi, waktu yang singkat, paparan radiasi yang
rendah.
Langganan:
Postingan (Atom)